Sabtu, 17 Mei 2008

Tidak Ada Satu Partai Islam Yang Ingin memajukan Islam di Indonesia

Memang, setelah diperhatikan dan mempelajari dari sekitar 48 partai yang berhasil lolos saringan untuk ikut dalam persaingan dalam rangka mencapai kekuasaan dalam Daulah Pancasila dengan UUD'45-nya, ternyata tidak ada satupun partai politik yang berusaha untuk membangun kembali Daulah Islam Rasulullah dengan Undang Undang Madinah-nya, yaitu suatu usaha untuk membangun satu masyarakat muslim dan non muslim didalam satu kekuasaan pemerintahan Islam dimana Allah yang berdaulat, yang menerapkan musyawarah dan menjalankan hukum-hukum Allah dengan adil dalam naungan Daulah Islam Rasulullah dengan Undang Undang Madinah-nya, yang berdasarkan akidah Islam yang tidak mengenal nasionalitas, kebangsaan, kesukuan dan ras dengan tujuan untuk beribadah dan bertakwa kepada Allah SWT".

Ini adalah suatu tanda bahwa, kaum muslimin yang hidup di Indonesia akan tetap berada dalam pengaruh dan cengkraman ideologi-ideologi non Islam, yang akibatnya cepat atau lambat nur Islam akan hilang dari bumi Indonesia, yang tinggal hanya buih-buih Islam saja.

Apapun alasannya adalah tidak dibenarkan bahwa Islam dicampur adukkan dengan ideologi-ideologi lainnya. Walaupun ada yang berusaha untuk menuju "...Baldatun thoyyibatun wa rabbun ghofuur" (Saba: 15), tetapi karena dalam menuju kearah itu Islam telah dicampurkan adukkan dengan pancasila, maka suatu hal yang tidak mungkin tercapai tujuan yang disebut "Baldatun thoyyibatun wa rabbun ghofuur" (Negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun). Negeri yang baik adalah negeri yang baik menurut Allah SWT, bukan negeri yang baik menurut manusia dengan pancasila-nya.

Rasulullah tidak pernah mencontohkan penggabungan akidah Islam dengan pemahaman-pemahaman orang musyrik dan kafir dalam membangun Daulah Islam dengan Undang Undang Madinahnya.

Jadi bagaimana mungkin akan tercapai negeri yang "thoyyibatun wa rabbun ghofuur", apabila dalam usaha ke arah itu telah dicampur adukkan akidah Islam dengan pemahaman pancasila yang merupakan produk pemikiran manusia. Karena itu , partai-partai politik di Indonesia sekarang yang mencantumkan dalam anggaran dasar-nya "Baldatun thoyyibatun wa rabbun ghofuur", mereka itu adalah hidup dalam mimpi.

Sebenarnya kalau mereka menyadari bahwa Daulah Pancasila dengan UUD'45-nya telah gagal dibangun, apapun alasannya, karena kenyataannya sekarang sebagian besar tiang-tiang Negara Pancasila dengan UUD'45-nya ini telah runtuh. Dan ini menurut saya adalah merupakan suatu pelajaran yang terbesar bagi seluruh rakyat Indonesia.

Jalan keluarnya adalah kembali mencontoh apa yang telah dicontohkan dan dilakukan oleh Rasulullah dalam membangun Daulah Islam dengan Undang Undang Madinahnya.

Karena menurut pemikiran saya yang menjadikan bumerang perpecahan diantara kaum muslimin adalah bukan karena masalah perbedaan kepercayaan kepada Allah, Kitab-KitabNya dan Rasul-RasulNya, melainkan karena adanya perbedaan pandangan, pikiran, metode, tujuan dalam masalah politik, kekuasaan, pemerintahan dan negara. Yang kesemua perbedaan-perbedaan tersebut bukanlah masalah yang sangat prinTidak Ada Satu Partai Islam Yang Ingin memajukan Islam di Indonesia sipil, melainkan masalah-masalah yang masih bisa diselesaikan dengan jalan musyawarah dan tukar pikiran yang sehat serta penuh dengan kebijaksanaan.

Dengan dasar tersebut diatas, maka saya yakin bahwa pertentangan diantara kelompok-kelompok, organisasi-organisasi, partai-partai yang perjuangannya melibatkan Islam masih bisa diselamatkan dan diadakan dialog serta kerjasama yang baik untuk melahirkan fakta pertahanan bersama dalam rangka menuju Daulah Islamiyah yang akan menaungi kaum muslimin khususnya di Indonesia dan umumnya yang ada diseluruh dunia".

Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan dan hanya kepada Allah kita memohon petunjuk, amin *.*

Minggu, 30 Desember 2007

Depag Teliti Agama Baha'i Di Donggala

Depag Teliti Agama Baha’i di Donggala Cetak halaman ini Kirim halaman ini melalui E-mail
Kamis, 01 November 2007

Keberadaan penganut agama Baha’i di Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah (Sulteng), mulai diteliti oleh Departemen Agama (Depag) setempat

Hidayatullah.com--Humas Kantor Wilayah Depag Sulteng Muhammad Ramli di Palu, Rabu, mengatakan, tim sudah bekerja di lapangan mengumpulkan data terkait dengan keberadaan keyakinan Baha’i di Desa Banpres Kecamatan Palolo, Donggala.

Menurut dia, ada dua hal mendasar yang menjadi fokus penelitian, yakni Baha’i aliran atau sekte dalam agama Islam dan metode penyebarannya di tengah masyarakat.

"Kedua hal ini memiliki dasar hukum yaitu, penodaan agama dan penyebaran agama tertentu kepada penganut agama lain," katanya.

Lebih lanjut Ramli menjelaskan, jika pengikut Baha’i mengklaim diri bagian dari agama tertentu, maka diserahkan kepada organisasi keagamaan bersangkutan melakukan pengkajian.

Organisasi keagamaan selanjutnya mengeluarkan fatwa atau keputusan soal keberadaan agama Baha’i tersebut sesat atau tidak. "Atas dasar keputusan tersebut, aparat keamanan mengambil tindakan," katanya.

Metode penyebaran agama Baha’i, lanjut Ramli, juga akan diteliti sebab penyebaran agama kepada warga yang sudah menganut agama lain tidak dibenarkan.

"Dalam waktu dekat Depag akan menentukan sikap soal Baha’i," katanya.

Sebelumnya dilaporkan, sedikitnya tujuh kepala keluarga (31 jiwa) warga Desa Banpers Kecamatana Palolo Kabupaten Donggala melepas keyakinan Islam dan menganut agama Baha’i.

Pengikut Baha’i meyakini ajaran yang dianutnya paling benar dan universal yang dibawa oleh seorang nabi dan rasul Allah bernama Baha`ullah. Mereka menjadikan buku "Himpunan Petikan Tulisan Suci Bah’ullah" sebagai pedoman utama.

SBY Setuju Aliran Sesat Diperangi

Membongkar Aliran Sesat A to Z




Ahmad Mushaddeq
sang rasul

Lia Eden

Abdul Rahman

LDII

Ahmadiyah

NII KW IX

Baha'i

Pluralisme & JIL

Jamaah An Nadzir

Al-Wahidiyah
image
Islam-Sejati
Dari Redaksi
Akhir akhir ini terjadi fenomena bermunculannya berbagai "sekte/aliran/firqoh" di Indonesia. Namun sebenarnya fenomena ini bukanlah hal baru melainkan hanyalah perluasan dari praktek praktek "Aliran Kebathinan" yang sudah merajalela di bumi nusantara. Dari yang berbasis kebatinan - politik dan berpenampilan nyentrik dengan rambut dicat pirang ala John Travolta hingga berbagai aliran gendeng yang mengaku sebagai Jibril & Imam Mahdi yang telah di label sesat oleh MUI termasuk kaum Sepilis yang terang terangan menyerang aqidah ke Islaman. Dan fenomena tsb semakin diperparah dengan terlibatnya peran stasiun TV dalam pembodohan massal yang menjadikan atribut Islam sebagai stempel Liberalisme dan Hedonisme dan ditambah lagi dengan semrawutnya khazanah ke Islaman di Indonesia yang semakin membingungkan umat. Padahal sudah jelas syariat Islam tidak bisa ditawar tawar..
Sebagaimana dilansir oleh MUI bahwa Aliran Sesat Merupakan Skenario Asing dan juga sejalan dengan maraknya Praktek Pendangkalan Akidah maka bisa jadi Indonesia berada dalam target cengkraman Proyek Pemurtadan Global. Berbagai ulasan/artikel/berita sebelumnya tentang fenomena aliran dapat dilihat di halaman Kritik & Investigasi dan Counter Liberalisme serta Hikayat Swaramuslim. Mari kita pelajari agama & sejarah deng
Umum / Headline News
Senin, 05 November 2007 13:11 WIB
PRESIDEN MENDUKUNG FATWA MUI MELARANG ALIRAN SESAT
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono

Metrotvnews.com, Jakarta: Presiden Susilo Bambang Yudhoyono akhirnya angkat bicara soal aliran sesat yang marak belakangan ini. Presiden mendukung 13 butir masukan Majelis Ulama Indonesia untuk pemerintah, di mana butir pertama meminta pemerintah melakukan langkah tegas terhadap aliran sesat.

Hal itu diungkapkan Presiden saat membuka Rapat Kerja Nasional MUI 2007 di Istana Negara, Jakarta, Senin pagi. Dalam acara ini Ketua MUI Sahal Mahfud mengucapkan terima kasih kepada aparat berwenang yang bekerja cepat menindaklanjuti fatwa MUI tentang aliran sesat. Mahfud mengungkapkan terdapat banyak aliran sesat yang tersebar di pelosok Indonesia, meski sebagian besar berskala kecil.

Di bagian lain, Kepala Kepolisian Resor Metro Tangerang Komisaris Besar Polisi Hasanuddin menyatakan, aliran sesat Al Qiyadah Al Ilsmiyah pimpinan Ahmad Moshaddeq sudah menyebar di wilayah Tangerang, Bentan. Diindikasikan aliran ini telah tersebar di dua hingga tiga titik.

Seusai apel bersama anggotanya, Hasanuddin mengatakan, saat ini Satuan Intelijen Polrestro Tangerang sudah bergerak untuk mencari informasi kegiatan dan keterlibatan warga Tangerang dalam aliran sesat tersebut. Menurut Hasanuddin, sesuai pemetaan dan informasi, warga yang terlibat ajaran sesat mencapai 20 orang.

Hasanuddin mengakui bahwa anggota Al Qiyadah Tangerang belum diamankan karena petugas masih mencari informasi lebih jauh tentang keterlibatan mereka. Saat ini Polrestro Tangerang sudah berkoordinasi dengan pihak MUI dan Pemerintah Kota Ttangerang untuk mengantisipasi semakin maraknya aliran sesat berkembang di Kota Tangerang.


Katsuwiryo,Mujahid Yang Istiqamah


Bismillahiirahmanirrahim

Berbicara tentang Kartosuwiryo yang nama lengkapnya adalah Sekarmaji Marijan Kartosuwiryo, tidak terlepas dari kegiatan awalnya dalam partai politik paling pertama di Indonesia, yaitu Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII).

Sebagai orang kepercayaan H.O.S. Cokroaminoto yang terkenal itu, maka Kartosuwiryo pernah menjabat Sekjen partai tersebut pada tahun 1931. Dan kemudian tetap duduk dalam pucuk pimpinan partai tersebut sampai pada tahun 1939, pada tahun mana beliau dipecat dari PSII karena perbedaan visi politik dengan beberapa tokoh partai tersebut, tentang konsep hijrahnya Kartosuwiryo. Seperti diketahui, Syarikat lslam adalah sebuah partai politik yang mempunyai disiplin baja dan bertindak keras terhadap siapapun yang melanggar disiplin organisasi. Dalam SI tidak ada tokoh yang besar atau kecil. Di mata organisasi, semua orang sama derajatnya. Maka tidak usah heran, jika tokoh-tokoh seperti Dr. Sukiman, Agus Salim, A.M. Sangaji, Mr. Mohammad Roem, Kartosuwiryo, Abikusno dan terakhir, Anwar Cokroaminoto, semuanya mengalami tindakan pemecatan dari Syarikat Islam.

Dan terhadap Muhammadiyah, sayap moderat Syarikat Islam (karena didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan, salah seorang anggota pucuk pimpinan SI di bawah Cokroaminoto) pun dikenakan disiplin organisasi. Sebabnya, karena Muhammadiyah menerima subsidi (uang) dari pemerintah kolonial Belanda mulai 1926 di saat orang-orang lain melawan dengan sengitnya.

Bukan saja SI yang "marah" pada Muhammadiyah, tapi juga kaum pergerakan lainnya. Mr. A.K. Pringgodigdo, dalam bukunya yang terkenal: "Sejarah Pergerakan Rakyat Indonsia", mengatakan bahwa Muhammadiyah telah berada di luar pagar perjuangan. Penyakit "mengemis" dan meminta bantuan pemerintah itu tetap berlanjut sampai akhir ini. Dan hal inilah yang melemahkan semangat juang Muhammadiyah, dan karena ini pula Muhammadiyah mudah mengikuti arus dan mudah didikte sekalipun untuk mencoret asas Islam dari Undang-Undang Dasamya sendiri. Ya, oportunis, menjual diri dengan harga yang murah untuk membela yang bathil.

Sebagai orang yang konsekuen terhadap sikapnya, beliau Kartosuwiryo rela dipecat dari partainya sendiri, bahkan rela menyongsong maut ditembus peluru dalam memperjuangkan Darul Islam yang dicetuskan pada tanggal 7 Agustus 1949 di Jawa Barat.

Beliau tertangkap pada tanggal 4 Juni 1962, setelah bergerilya 13 tahun lamanya. Kemudian beliau diadili pada bulan Agustus 1962 dan dieksekusi mati pada bulan September 1962.

Konon, untuk berubah dari tuntutan hukuman mati, kepadanya diminta supaya bersedia mencabut bai'atnya dan membatalkan proklamasi Darul Islam. Tawaran itu beliau tolak dan rela syahid ditembus peluru yang berlumuran darah. Itulah dia sikap pejuang yang jantan dan istiqamah, konsekuen dalam membela pendiriannya. Cuma ada pertanyaan masyarakat yang belum terjawab sampai kini: Mengapa begitu cepat dieksekusi mati? Padahal Dr. Subandrio, tokoh G.3O.S/PKI juga telah divonis mati, tetapi sampai sekarang hampir 30 tahun sudah, eksekusi mati belum dilaksanakan juga, malah akhirnya dibebaskan dari penjara oleh pemerintahan Soeharto. Mengapa ada ukuran ganda dalam pelaksanaan hukuman?

Bandingkanlah keteguhan pendirian Kartosuwiryo ini dengan sikap tokoh-tokoh Masyumi yang menyerah kalah dalam pemberontakan PRRI/ RPI di Sumatera. Untuk keluar bebas dari tahanan politik, kepada mereka disodorkan surat perjanjian yang berisi antara lain: Berjanji taat kepada Pancasila dan UUD 1945. Padahal mereka telah dengan tegas menolak Pancasila dan UUD '45 itu dalam sidang konstituante Bandung pada tahun 1957. Jelas mereka tidak istiqamah, tidak konsekuen dan tidak konsisten. Mereka tidak lulus dari testing politik, sesuatu yang tidak mungkin dilakukan oleh Kartosuwiryo. Sebenarnya kalau mereka menolak juga tidak ada resikonya.

Saya kira pemerintah menyodorkan surat perjanjian itu, hanyalah sekedar "ujian" dan gertak belaka, karena hal itu tidak ada dasar hukumnya, tidak ada dalam peraturan atau undang-undang yang mewajibkan tahanan politik untuk bebas dari tahanan, terlebih dahulu harus menandatangani suatu perjanjian atau membuat sebuah skripsi, umpamanya.

Mendapat Restu Panglima Besar Jendral Sudirman

Setelah perjanjian Renville ditandatangani antara Indonesia dan Belanda pada tanggal 17 Januari 1948, maka pasukan Siliwangi harus "hijrah" dari Jawa Barat ke Yogyakarta, sehingga Jawa Barat dikuasai Belanda. Jelas perjanjian itu sangat merugikan Republik Indonesia. Waktu itu Jendral Sudirman menyambut kedatangan pasukan Siliwangi di Stasiun Tugu Yogyakarta. Seorang wartawan Antara yang dipercaya sang Jendral diajak oleh beliau naik mobil sang Panglima TNI itu.

Di atas mobil itulah sang wartawan bertanya kepada Jendral Sudirman:"Apakah siasat ini tidak merugikan kita?" pak Dirman menjawab, "Saya telah menempatkan orang kita di sana", seperti apa yang diceritakan oleh wartawan Antara itu kepada penulis.

Bung Tomo, bapak pahlawan pemberontak Surabaya, 10 November dan mantan menteri dalam negeri kabinet Burhanuddin Harahap, dalam sebuah buku kecil berjudul "Himbauan ", yang ditulis beliau pada tanggal 7 September 1977, mengatakan bahwa Pak Karto (Kartosuwiryo, pen.) telah mendapat restu dari Panglima Besar Sudirman.

Dalam keterangan itu, jelaslah bahwa waktu meninggalkan Yogyakarta pada tahun 1948 sebelum pergi ke Jawa Barat, beliau (Kartosuwiryo) pamit dan minta restu kepada Panglima Besar TNI itu dan diberi restu seperti keterangan Bung Tomo tersebut. Dikatakan dengan keterangan Jendral Sudirman kepada wartawan Antara di atas tadi, maka orang dapat menduga bahwa yang dimaksud "orang kita" atau orangnya Sudirman itu, tidak lain adalah Kartosuwiryo sendiri. Apalagi kalau diingat bahwa waktu itu Kartosuwiryo adalah orang penting dalam Kementerian Pertahanan Republik Indonesia yang pernah ditawari menjadi Menteri Muda Pertahanan, tetapi ditolaknya. Jabatan Menteri Muda Pertahanan itu ternyata kemudian diduduki oleh sahabat beliau sendiri, Arudji Kartawinata. Dapatlah dimengerti, kenapa Panglima Besar Sudirman tidak memerintahkan untuk menumpas DI/ TII ; dan yang menumpasnya adalah jendral AH. Nasution dan Ibrahim Adji. Alangkah banyaknya orang Islam yang mati terbunuh oleh Nasution dan Ibrahim Adji! Apakah itu bukan dosa?

Berjuang Mewujudkan Cita-Cita

Setelah memperhatikan kondisi dan situasi serta membaca peta politik, maka Kartosuwiryo mulai berjuang mewujudkan cita-citanya.

"In zeinem politischen Manifest, das kurz nach der Proklamation herausgebracht wurde, und in dem er sich gegen die Round Table Konferenz sowie di Grundig der Vereinigten Staaten van Indonesien wendet, erklart Kartosuwiryo, dass nun der Zeitpunkt gekommen sei, aan dem sich das Schiksal des Indonesischen Volkes, insbesondere der ummat Islam, entscheide. Der Kampf musse nun mit dem Islam weitergefuhrt werden bis der mardhatillah erreicht sei. Dies sei der einzige weg, die ummat Islam ven jeglicher Art von Unterdruckung auf dieser Welt und im Jenseite zu befreien. Die Feinde Allahs, der Religion, und des Negara Islam Indonesia mussten vernichtet werden, auf dass daas Gesetz des Islam in Ubereinstimmung mit der Lehre des Koran und der sunna des Propheten voll und ganz uberall in Indonesien verwirklicht werde"

Terjemahan SIN :

"Dalam Manifesto politiknya yang dikeluarkan tidak lama setelah proklamasi (Negara Islam Indonesia, SIN) dicanangkan, dan diadakannya Konferensi Meja Bundar yang menuju terbentuknya Negara Indonesia Serikat. Kartosuwiryo menerangkan, bahwa kini telah tiba saatnya untuk menentukan nasib bangsa Indonesia, khususnya ummat Islam. Perjuangan kini haruslah dilaksanakan lebih luas lagi dengan Islam, agar dapat tercapai Mardhatillah. Itu adalah satu-satunya cara (jalan) yang akan melepaskan ummat Islam dari segala bentuk penindasan di dunia dan di akhirat. Musuh Allah, (musuh) agama, dan (musuh) Negara Islam Indonesia haruslah dibinasakan, agar hukum Islam yang sesuai dengan ajaran Al-Qur'an, sunnah Nabi dapat terwujud secara lengkap di seluruh Indonesia".

Kartosuwiryo Sebagai Pemimpin Dan Wartawan

Dalam kongres Partai Syarikat Islam Hindia Timur (PSIHT), Desember 1927, Kartosuwiryo terpilih sebagai Sekretaris Umum (kini Sekjen) PSIHT. Dan dalam perkembangannya diputuskan bahwa, pengurus besar Partai dipindahkan ke Jakarta. Apabila Kartosuwiryo dilahirkan tanggal 1 Februari 1905, maka ketika ia terpilih sebagai Sekjen itu baru berumur 22 tahun. Setibanya di Jakarta, di samping bekerja sebagai Sekjen partai, dia juga terjun dalam bidang jurnalistik, bekerja sebagai redaktur "Fajar Asia ", surat kabar harian yang dikelola partai. Dalam waktu 16 bulan saja, dia terus berhasil naik dari korektor, reporter, wartawan dan akhirnya sebagai pejabat Kepala Redaksi. Sewaktu Agus Salim melawat ke Genewa untuk menghadiri Konferensi Liga Bangsa-bangsa dan Cokroammoto jatuh sakit, Kartosuwiryo dipercaya memimpin surat kabar "Fajar Asia" itu.

Dalam usia 22 tahun, Kartosuwiryo menjadi redaktur "Fajar Asia", dan mulailah ia menulis artikel. Mula mula ditujukan kepada penguasa kolonial, kemudian juga ditujukan kepada kaum bangsawan Jawa. Dalam artikelnya itu tergambar selain pendirian radikalnya juga sikap politiknya. Begitulah dia mengkritik Sultan (seharusnya: Sunan, sin) Solo, sewaktu merayakan HUT-nya yang ke-64 dan mengundang wartawan Belanda.

Mengenai Sunan dia menulis :

"Rasa kebangsaan ta'ada; ke-Islaman poen demikian poela halnja, kendatipoen ia menoeroet titelnja menjadi kepala agama Islam. Bangsanja dibelakangkan dan bangsa lain diberi hak jang lebih dari batas...... Jang soedah terang dan njata ialah: Boekan karena tjinta bangsa dan tanah air,.... melainkan karena keperloean diri sendiri belaka, keperloean yang bersangkoetan dengan kesoenanannya".

Kartosuwiryo dengan tulisan-tulisannya itu menyebabkan banyak mendapat musuh, baik dari kalangan penguasa, lebih-lebih dari kalangan bangsanya sendiri, dari golongan kaum nasionalis sekuler.

Menurut Holk H. Dengel, artikel-artikel yang tajam tidak ditandai dengan namanya sendiri, tetapi dengan nama samaran, yaitu Arjo Djipang.

"Kebangsaan kita dianggap aneh oleh Darmo Kondo. Djanganlah kira kalaoe kita kaoem kebangsaan jang berdasarkan kepada Islam dan ke-Islaman tidak berangan-angan Indonesia Merdeka. Tjita-tjita itoe boekan monopolinja collega dalam Darmo Kondo. Dan lagi djangan kira, bila kita orang Islam tidak senantiasa beroesaha dan ichtiar sedapat-dapatnja oentoek mentjapai tjita-tjita kita, soepaja kita dapat mengoeasai tanah air kita sendiri. Tjoema perbedaan antara collega dalam Darmo Kondo dan kita ialah, bahwa kemerdekaan kebangsaan Indonesia bagi Nasionalisme kebangsaan Indonesia jang di njatakan oteh redaksi Darmo Konda itoe adalah poentjaknja jang setinggi-tingginya. Sedang kemerdekaan negeri toempah darah kita bagi kita hanjalah satoe sjarat, satoe djembatan jang haroes kita laloei oentoek mentjapai tjita-tjita kita jang lebih tinggi dan moelia, ialah kemerdelaran dan berlakoenja agama IsIam di tanah air kita Indonesia ini, dalam arti kata jang seloeas-loeasnja dan sebenar-benarnja. Djadi jang bagi kita hanja satoe sjarat itoe, bagi redaksi Darmo Kondo adalah maksoed dan toedjoean idoep jang tertinggi.

"Pertama-tama adalah kita moeslim, dan di dalam kemoesliman kita itoe adalah kita Nasionalist dan Patriot, jang menoedjoe kemerdekaan negeri toempah darah kita tidak tjoema dengan perkataan-perkataan jang hebat dalam vergadering sadja, tetapi pada tiap-tiap saat bersedia djoega mendjandjikan korban sedjalan apa sadja jang ada pada kita oentoek mentjari kemerdekaan negeri toempah darah kita.

Negara Islam

Darul Islam atau Negara Islam itulah puncak cita-cita Kartosuwiryo yang hendak dicapainya dengan perjuangan yang gagah berani.

Sementara itu ada pihak-pihak yang sinis mengatakan bahwa negara Islam itu tidak ada tersebut dalam Al-Qur'an. Inilah bicara yang tidak bertanggung jawab, karena kurangnya ilmu dan pengertian terhadap kitab suci itu. Yang amat menyedihkan, ucapan itu keluar dari kaum intelektual atau sarjana yang pernah belajar di negeri sekuler di luar negeri walaupun yang mengucapkan anak ulama sendiri. Ironisnya ialah para orang tua mereka dulu setiap pidato dimana-mana meneriakkan agar terwujudnya negara Islam, sedang anak-anak mereka membatalkan apa yang dikatakan orangtuanya, bahwa dalam Al-Qur'an tidak di sebut Allah Negara lslam.

Numpang tanya: Apakah dalam UUD '45 ada kata Pancasila? Tidak ada ! Kata Pancasila memang jelas tidak ada, tetapi bila orang mau mengerti dan membaca dengan teliti, maka jelas makna Pancasila ada dalam Mukaddimah UUD 1945 itu.

Demikian pula dalam Al-Qur'an, tak ada terdapat dan tertulis kata "Darul Islam" atau "Daulah Islamiyah". Tetapi bila orang mengerti dan mau mendalami pengetahuan agama Islam terutama tentang tafsir Al-Qur'an, maka tak ragu lagi bahwa mereka akan banyak bertemu dengan ayat-ayat Al-Qur'an yang mengarah dan menuju Negara Islam itu. Ya, dapatlah dikatakan bahwa 6236 ayat Al-Qur'an di wahyukan Allah sebagai pedoman untuk membentuk masyarakat dan negara Islam yang sempurna dan ideal.

Ambillah sebuah ayat yang artinya berbunyi : "Masuklah kalian ke dalam agama Islam secara total menyeluruh, dun jangan kalian ikuti langkah-langkah syetan". (Qs. Al-Baqarah, 2:208).

Maksud total menyeluruh (kaffah) itu ialah dalam seluruh lapangan dan sektor kehidupan masyarakat dan negara, ummat Islam harus Islami atau berdasarkan Islam. Politik, ekonomi, kultural, pendidikan, kebudayaan dan lain lain, seluruhnya harus Islami atau berdasarkan Islam. Sayangnya ayat ini tidak direnungkan dan diterjemahkan dalam kehidupan bermasyrakat dan perjuangan kaum muslimm. Kaum intelektual kita lebih senang menggeluti dan menghayati kitab-kitab atau buku-buku iptek saja, buku-buku ekonomi atau buku-buku keagamaan yang ditulis oleh kaum orientalis yang anti Islam atau yang menuduh orang--orang yang ingin menerapkan ajaran Al-Quran dan sunnah secara murni, konsekuen dari konsisten sebagai "Fundamentalis dan Ekstrim".

Dan Alhamdulillah, mahasiswa-mahasiswa Islam yang lulusan Universitas atau Perguruan Tinggi Islam tidak ada terdengar yang berlaku sinis terhadap kitab suci Al-Qur'an itu, bahkan mereka ingin berjuang menjadikan Al-Qur'an sebagai pedoman hidup bagi masyarakat dan negara. Yang sinis itu pada umumnya orang-orang yang pengetahuan agamanya terlalu minim atau orang-orang yang imannya lemah atau rusak karena diracuni oleh ajaran-ajaran sekuler yang sesat dan menyesatkan orang banyak seperti yang dilakukan oleh kaum nasionalis yang sekuler (kafir).

Dalam Qur'an surat Al-Baqarah ayat 208 itu, Allah swt. melarang kita menuruti langkah-langkah syetan yang menyesatkan kita. Jadi menyimpang dan Al-Qur'an dan sunnah, menyimpang dari masyarakat dan negara Islarn itu berarti menuruti langkah-langkah syetan yang merugikan dan menyesatkan kaurm muslimin.

Dan dalam manifest politik Kartosuwiryo seperti yang disebutkan di atas tadi, jelaslah bahwa beliau mengajak umat Islam untuk mencapai Mardhatillah, yaitu dengan menegakkan hukum Islam yang sesuai dengan Al-Qur'an dan sunnah Rasul. Itulah cita-cita Kartosuwiryo yang ingin dicapainya dengan perjuangan yang gagah perkasa.

Terus terang, penulis bukanlah pengikut Imam S.M. Kartosuwiryo. Tetapi kita semua dapat menghargai pemimpin yang jujur dan ikhlas berjihad memperjuangkan cita-citanya sebagaimana halnya Kartosuwiryo. Ia syahid sebelum cita-citanya tercapai, namun dia telah menebus cita-citanya yang mulia itu dengan darah dan jiwanya sendiri, seperti halnya pemimpin-pemimpin Ikhwanul Muslimin Mesir yang syahid di atas tiang gantungan musuh-musuhnya yang zalim. Berbeda dengan Abdul Qadir Audah, seorang hakim dan sarjana hukum di Kairo yang divonis mati dan dieksekusi di tiang gantungan, tetapi persatuan pengacara Mesir memprotes dan sepakat menuntut pemerintahnya supaya diadakan sidang pengadilan ulangan untuk mengetahui bagaimana jalannya pengadilan itu supaya diketahui oleh umum. Dan terhadap Kartosuwiryo yang divonis dalam sidang pengadilan tertutup, tak seorangpun pengacara Indonesia atau persatuan pengacara yang menuntut ulang bagaimana sidang pengadilan berlangsung. Namun demikian, ia tetap dipandang dan dicatat sejarah sebagai pemimpin yang istiqamah, konsekuen dan konsisten sampai akhir hayatnya.

Allah berfirman: "Janganlah kamu berkata tentang orang yang syahid di jalan Allah, bahwa mereka itu telah mati. Tidak! Mereka itu tetap hidup, meskipun kamu tidak menyadarinya". (Qs. Al Baqarah : 154).

Wabillahi Taufiq Wal Hidayah, wabillahi fi sabilil Haq.

Katsuwiryo,Mujahid Yang Istiqamah

SM Kartosuwiryo, Mujahid yang Istiqomah

Bismillahiirahmanirrahim

Berbicara tentang Kartosuwiryo yang nama lengkapnya adalah Sekarmaji Marijan Kartosuwiryo, tidak terlepas dari kegiatan awalnya dalam partai politik paling pertama di Indonesia, yaitu Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII).

Sebagai orang kepercayaan H.O.S. Cokroaminoto yang terkenal itu, maka Kartosuwiryo pernah menjabat Sekjen partai tersebut pada tahun 1931. Dan kemudian tetap duduk dalam pucuk pimpinan partai tersebut sampai pada tahun 1939, pada tahun mana beliau dipecat dari PSII karena perbedaan visi politik dengan beberapa tokoh partai tersebut, tentang konsep hijrahnya Kartosuwiryo. Seperti diketahui, Syarikat lslam adalah sebuah partai politik yang mempunyai disiplin baja dan bertindak keras terhadap siapapun yang melanggar disiplin organisasi. Dalam SI tidak ada tokoh yang besar atau kecil. Di mata organisasi, semua orang sama derajatnya. Maka tidak usah heran, jika tokoh-tokoh seperti Dr. Sukiman, Agus Salim, A.M. Sangaji, Mr. Mohammad Roem, Kartosuwiryo, Abikusno dan terakhir, Anwar Cokroaminoto, semuanya mengalami tindakan pemecatan dari Syarikat Islam.

Dan terhadap Muhammadiyah, sayap moderat Syarikat Islam (karena didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan, salah seorang anggota pucuk pimpinan SI di bawah Cokroaminoto) pun dikenakan disiplin organisasi. Sebabnya, karena Muhammadiyah menerima subsidi (uang) dari pemerintah kolonial Belanda mulai 1926 di saat orang-orang lain melawan dengan sengitnya.

Bukan saja SI yang "marah" pada Muhammadiyah, tapi juga kaum pergerakan lainnya. Mr. A.K. Pringgodigdo, dalam bukunya yang terkenal: "Sejarah Pergerakan Rakyat Indonsia", mengatakan bahwa Muhammadiyah telah berada di luar pagar perjuangan. Penyakit "mengemis" dan meminta bantuan pemerintah itu tetap berlanjut sampai akhir ini. Dan hal inilah yang melemahkan semangat juang Muhammadiyah, dan karena ini pula Muhammadiyah mudah mengikuti arus dan mudah didikte sekalipun untuk mencoret asas Islam dari Undang-Undang Dasamya sendiri. Ya, oportunis, menjual diri dengan harga yang murah untuk membela yang bathil.

Sebagai orang yang konsekuen terhadap sikapnya, beliau Kartosuwiryo rela dipecat dari partainya sendiri, bahkan rela menyongsong maut ditembus peluru dalam memperjuangkan Darul Islam yang dicetuskan pada tanggal 7 Agustus 1949 di Jawa Barat.

Beliau tertangkap pada tanggal 4 Juni 1962, setelah bergerilya 13 tahun lamanya. Kemudian beliau diadili pada bulan Agustus 1962 dan dieksekusi mati pada bulan September 1962.

Konon, untuk berubah dari tuntutan hukuman mati, kepadanya diminta supaya bersedia mencabut bai'atnya dan membatalkan proklamasi Darul Islam. Tawaran itu beliau tolak dan rela syahid ditembus peluru yang berlumuran darah. Itulah dia sikap pejuang yang jantan dan istiqamah, konsekuen dalam membela pendiriannya. Cuma ada pertanyaan masyarakat yang belum terjawab sampai kini: Mengapa begitu cepat dieksekusi mati? Padahal Dr. Subandrio, tokoh G.3O.S/PKI juga telah divonis mati, tetapi sampai sekarang hampir 30 tahun sudah, eksekusi mati belum dilaksanakan juga, malah akhirnya dibebaskan dari penjara oleh pemerintahan Soeharto. Mengapa ada ukuran ganda dalam pelaksanaan hukuman?

Bandingkanlah keteguhan pendirian Kartosuwiryo ini dengan sikap tokoh-tokoh Masyumi yang menyerah kalah dalam pemberontakan PRRI/ RPI di Sumatera. Untuk keluar bebas dari tahanan politik, kepada mereka disodorkan surat perjanjian yang berisi antara lain: Berjanji taat kepada Pancasila dan UUD 1945. Padahal mereka telah dengan tegas menolak Pancasila dan UUD '45 itu dalam sidang konstituante Bandung pada tahun 1957. Jelas mereka tidak istiqamah, tidak konsekuen dan tidak konsisten. Mereka tidak lulus dari testing politik, sesuatu yang tidak mungkin dilakukan oleh Kartosuwiryo. Sebenarnya kalau mereka menolak juga tidak ada resikonya.

Saya kira pemerintah menyodorkan surat perjanjian itu, hanyalah sekedar "ujian" dan gertak belaka, karena hal itu tidak ada dasar hukumnya, tidak ada dalam peraturan atau undang-undang yang mewajibkan tahanan politik untuk bebas dari tahanan, terlebih dahulu harus menandatangani suatu perjanjian atau membuat sebuah skripsi, umpamanya.

Mendapat Restu Panglima Besar Jendral Sudirman

Setelah perjanjian Renville ditandatangani antara Indonesia dan Belanda pada tanggal 17 Januari 1948, maka pasukan Siliwangi harus "hijrah" dari Jawa Barat ke Yogyakarta, sehingga Jawa Barat dikuasai Belanda. Jelas perjanjian itu sangat merugikan Republik Indonesia. Waktu itu Jendral Sudirman menyambut kedatangan pasukan Siliwangi di Stasiun Tugu Yogyakarta. Seorang wartawan Antara yang dipercaya sang Jendral diajak oleh beliau naik mobil sang Panglima TNI itu.

Di atas mobil itulah sang wartawan bertanya kepada Jendral Sudirman:"Apakah siasat ini tidak merugikan kita?" pak Dirman menjawab, "Saya telah menempatkan orang kita di sana", seperti apa yang diceritakan oleh wartawan Antara itu kepada penulis.

Bung Tomo, bapak pahlawan pemberontak Surabaya, 10 November dan mantan menteri dalam negeri kabinet Burhanuddin Harahap, dalam sebuah buku kecil berjudul "Himbauan ", yang ditulis beliau pada tanggal 7 September 1977, mengatakan bahwa Pak Karto (Kartosuwiryo, pen.) telah mendapat restu dari Panglima Besar Sudirman.

Dalam keterangan itu, jelaslah bahwa waktu meninggalkan Yogyakarta pada tahun 1948 sebelum pergi ke Jawa Barat, beliau (Kartosuwiryo) pamit dan minta restu kepada Panglima Besar TNI itu dan diberi restu seperti keterangan Bung Tomo tersebut. Dikatakan dengan keterangan Jendral Sudirman kepada wartawan Antara di atas tadi, maka orang dapat menduga bahwa yang dimaksud "orang kita" atau orangnya Sudirman itu, tidak lain adalah Kartosuwiryo sendiri. Apalagi kalau diingat bahwa waktu itu Kartosuwiryo adalah orang penting dalam Kementerian Pertahanan Republik Indonesia yang pernah ditawari menjadi Menteri Muda Pertahanan, tetapi ditolaknya. Jabatan Menteri Muda Pertahanan itu ternyata kemudian diduduki oleh sahabat beliau sendiri, Arudji Kartawinata. Dapatlah dimengerti, kenapa Panglima Besar Sudirman tidak memerintahkan untuk menumpas DI/ TII ; dan yang menumpasnya adalah jendral AH. Nasution dan Ibrahim Adji. Alangkah banyaknya orang Islam yang mati terbunuh oleh Nasution dan Ibrahim Adji! Apakah itu bukan dosa?

Berjuang Mewujudkan Cita-Cita

Setelah memperhatikan kondisi dan situasi serta membaca peta politik, maka Kartosuwiryo mulai berjuang mewujudkan cita-citanya.

"In zeinem politischen Manifest, das kurz nach der Proklamation herausgebracht wurde, und in dem er sich gegen die Round Table Konferenz sowie di Grundig der Vereinigten Staaten van Indonesien wendet, erklart Kartosuwiryo, dass nun der Zeitpunkt gekommen sei, aan dem sich das Schiksal des Indonesischen Volkes, insbesondere der ummat Islam, entscheide. Der Kampf musse nun mit dem Islam weitergefuhrt werden bis der mardhatillah erreicht sei. Dies sei der einzige weg, die ummat Islam ven jeglicher Art von Unterdruckung auf dieser Welt und im Jenseite zu befreien. Die Feinde Allahs, der Religion, und des Negara Islam Indonesia mussten vernichtet werden, auf dass daas Gesetz des Islam in Ubereinstimmung mit der Lehre des Koran und der sunna des Propheten voll und ganz uberall in Indonesien verwirklicht werde"

Terjemahan SIN :

"Dalam Manifesto politiknya yang dikeluarkan tidak lama setelah proklamasi (Negara Islam Indonesia, SIN) dicanangkan, dan diadakannya Konferensi Meja Bundar yang menuju terbentuknya Negara Indonesia Serikat. Kartosuwiryo menerangkan, bahwa kini telah tiba saatnya untuk menentukan nasib bangsa Indonesia, khususnya ummat Islam. Perjuangan kini haruslah dilaksanakan lebih luas lagi dengan Islam, agar dapat tercapai Mardhatillah. Itu adalah satu-satunya cara (jalan) yang akan melepaskan ummat Islam dari segala bentuk penindasan di dunia dan di akhirat. Musuh Allah, (musuh) agama, dan (musuh) Negara Islam Indonesia haruslah dibinasakan, agar hukum Islam yang sesuai dengan ajaran Al-Qur'an, sunnah Nabi dapat terwujud secara lengkap di seluruh Indonesia".

Kartosuwiryo Sebagai Pemimpin Dan Wartawan

Dalam kongres Partai Syarikat Islam Hindia Timur (PSIHT), Desember 1927, Kartosuwiryo terpilih sebagai Sekretaris Umum (kini Sekjen) PSIHT. Dan dalam perkembangannya diputuskan bahwa, pengurus besar Partai dipindahkan ke Jakarta. Apabila Kartosuwiryo dilahirkan tanggal 1 Februari 1905, maka ketika ia terpilih sebagai Sekjen itu baru berumur 22 tahun. Setibanya di Jakarta, di samping bekerja sebagai Sekjen partai, dia juga terjun dalam bidang jurnalistik, bekerja sebagai redaktur "Fajar Asia ", surat kabar harian yang dikelola partai. Dalam waktu 16 bulan saja, dia terus berhasil naik dari korektor, reporter, wartawan dan akhirnya sebagai pejabat Kepala Redaksi. Sewaktu Agus Salim melawat ke Genewa untuk menghadiri Konferensi Liga Bangsa-bangsa dan Cokroammoto jatuh sakit, Kartosuwiryo dipercaya memimpin surat kabar "Fajar Asia" itu.

Dalam usia 22 tahun, Kartosuwiryo menjadi redaktur "Fajar Asia", dan mulailah ia menulis artikel. Mula mula ditujukan kepada penguasa kolonial, kemudian juga ditujukan kepada kaum bangsawan Jawa. Dalam artikelnya itu tergambar selain pendirian radikalnya juga sikap politiknya. Begitulah dia mengkritik Sultan (seharusnya: Sunan, sin) Solo, sewaktu merayakan HUT-nya yang ke-64 dan mengundang wartawan Belanda.

Mengenai Sunan dia menulis :

"Rasa kebangsaan ta'ada; ke-Islaman poen demikian poela halnja, kendatipoen ia menoeroet titelnja menjadi kepala agama Islam. Bangsanja dibelakangkan dan bangsa lain diberi hak jang lebih dari batas...... Jang soedah terang dan njata ialah: Boekan karena tjinta bangsa dan tanah air,.... melainkan karena keperloean diri sendiri belaka, keperloean yang bersangkoetan dengan kesoenanannya".

Kartosuwiryo dengan tulisan-tulisannya itu menyebabkan banyak mendapat musuh, baik dari kalangan penguasa, lebih-lebih dari kalangan bangsanya sendiri, dari golongan kaum nasionalis sekuler.

Menurut Holk H. Dengel, artikel-artikel yang tajam tidak ditandai dengan namanya sendiri, tetapi dengan nama samaran, yaitu Arjo Djipang.

"Kebangsaan kita dianggap aneh oleh Darmo Kondo. Djanganlah kira kalaoe kita kaoem kebangsaan jang berdasarkan kepada Islam dan ke-Islaman tidak berangan-angan Indonesia Merdeka. Tjita-tjita itoe boekan monopolinja collega dalam Darmo Kondo. Dan lagi djangan kira, bila kita orang Islam tidak senantiasa beroesaha dan ichtiar sedapat-dapatnja oentoek mentjapai tjita-tjita kita, soepaja kita dapat mengoeasai tanah air kita sendiri. Tjoema perbedaan antara collega dalam Darmo Kondo dan kita ialah, bahwa kemerdekaan kebangsaan Indonesia bagi Nasionalisme kebangsaan Indonesia jang di njatakan oteh redaksi Darmo Konda itoe adalah poentjaknja jang setinggi-tingginya. Sedang kemerdekaan negeri toempah darah kita bagi kita hanjalah satoe sjarat, satoe djembatan jang haroes kita laloei oentoek mentjapai tjita-tjita kita jang lebih tinggi dan moelia, ialah kemerdelaran dan berlakoenja agama IsIam di tanah air kita Indonesia ini, dalam arti kata jang seloeas-loeasnja dan sebenar-benarnja. Djadi jang bagi kita hanja satoe sjarat itoe, bagi redaksi Darmo Kondo adalah maksoed dan toedjoean idoep jang tertinggi.

"Pertama-tama adalah kita moeslim, dan di dalam kemoesliman kita itoe adalah kita Nasionalist dan Patriot, jang menoedjoe kemerdekaan negeri toempah darah kita tidak tjoema dengan perkataan-perkataan jang hebat dalam vergadering sadja, tetapi pada tiap-tiap saat bersedia djoega mendjandjikan korban sedjalan apa sadja jang ada pada kita oentoek mentjari kemerdekaan negeri toempah darah kita.

Negara Islam

Darul Islam atau Negara Islam itulah puncak cita-cita Kartosuwiryo yang hendak dicapainya dengan perjuangan yang gagah berani.

Sementara itu ada pihak-pihak yang sinis mengatakan bahwa negara Islam itu tidak ada tersebut dalam Al-Qur'an. Inilah bicara yang tidak bertanggung jawab, karena kurangnya ilmu dan pengertian terhadap kitab suci itu. Yang amat menyedihkan, ucapan itu keluar dari kaum intelektual atau sarjana yang pernah belajar di negeri sekuler di luar negeri walaupun yang mengucapkan anak ulama sendiri. Ironisnya ialah para orang tua mereka dulu setiap pidato dimana-mana meneriakkan agar terwujudnya negara Islam, sedang anak-anak mereka membatalkan apa yang dikatakan orangtuanya, bahwa dalam Al-Qur'an tidak di sebut Allah Negara lslam.

Numpang tanya: Apakah dalam UUD '45 ada kata Pancasila? Tidak ada ! Kata Pancasila memang jelas tidak ada, tetapi bila orang mau mengerti dan membaca dengan teliti, maka jelas makna Pancasila ada dalam Mukaddimah UUD 1945 itu.

Demikian pula dalam Al-Qur'an, tak ada terdapat dan tertulis kata "Darul Islam" atau "Daulah Islamiyah". Tetapi bila orang mengerti dan mau mendalami pengetahuan agama Islam terutama tentang tafsir Al-Qur'an, maka tak ragu lagi bahwa mereka akan banyak bertemu dengan ayat-ayat Al-Qur'an yang mengarah dan menuju Negara Islam itu. Ya, dapatlah dikatakan bahwa 6236 ayat Al-Qur'an di wahyukan Allah sebagai pedoman untuk membentuk masyarakat dan negara Islam yang sempurna dan ideal.

Ambillah sebuah ayat yang artinya berbunyi : "Masuklah kalian ke dalam agama Islam secara total menyeluruh, dun jangan kalian ikuti langkah-langkah syetan". (Qs. Al-Baqarah, 2:208).

Maksud total menyeluruh (kaffah) itu ialah dalam seluruh lapangan dan sektor kehidupan masyarakat dan negara, ummat Islam harus Islami atau berdasarkan Islam. Politik, ekonomi, kultural, pendidikan, kebudayaan dan lain lain, seluruhnya harus Islami atau berdasarkan Islam. Sayangnya ayat ini tidak direnungkan dan diterjemahkan dalam kehidupan bermasyrakat dan perjuangan kaum muslimm. Kaum intelektual kita lebih senang menggeluti dan menghayati kitab-kitab atau buku-buku iptek saja, buku-buku ekonomi atau buku-buku keagamaan yang ditulis oleh kaum orientalis yang anti Islam atau yang menuduh orang--orang yang ingin menerapkan ajaran Al-Quran dan sunnah secara murni, konsekuen dari konsisten sebagai "Fundamentalis dan Ekstrim".

Dan Alhamdulillah, mahasiswa-mahasiswa Islam yang lulusan Universitas atau Perguruan Tinggi Islam tidak ada terdengar yang berlaku sinis terhadap kitab suci Al-Qur'an itu, bahkan mereka ingin berjuang menjadikan Al-Qur'an sebagai pedoman hidup bagi masyarakat dan negara. Yang sinis itu pada umumnya orang-orang yang pengetahuan agamanya terlalu minim atau orang-orang yang imannya lemah atau rusak karena diracuni oleh ajaran-ajaran sekuler yang sesat dan menyesatkan orang banyak seperti yang dilakukan oleh kaum nasionalis yang sekuler (kafir).

Dalam Qur'an surat Al-Baqarah ayat 208 itu, Allah swt. melarang kita menuruti langkah-langkah syetan yang menyesatkan kita. Jadi menyimpang dan Al-Qur'an dan sunnah, menyimpang dari masyarakat dan negara Islarn itu berarti menuruti langkah-langkah syetan yang merugikan dan menyesatkan kaurm muslimin.

Dan dalam manifest politik Kartosuwiryo seperti yang disebutkan di atas tadi, jelaslah bahwa beliau mengajak umat Islam untuk mencapai Mardhatillah, yaitu dengan menegakkan hukum Islam yang sesuai dengan Al-Qur'an dan sunnah Rasul. Itulah cita-cita Kartosuwiryo yang ingin dicapainya dengan perjuangan yang gagah perkasa.

Terus terang, penulis bukanlah pengikut Imam S.M. Kartosuwiryo. Tetapi kita semua dapat menghargai pemimpin yang jujur dan ikhlas berjihad memperjuangkan cita-citanya sebagaimana halnya Kartosuwiryo. Ia syahid sebelum cita-citanya tercapai, namun dia telah menebus cita-citanya yang mulia itu dengan darah dan jiwanya sendiri, seperti halnya pemimpin-pemimpin Ikhwanul Muslimin Mesir yang syahid di atas tiang gantungan musuh-musuhnya yang zalim. Berbeda dengan Abdul Qadir Audah, seorang hakim dan sarjana hukum di Kairo yang divonis mati dan dieksekusi di tiang gantungan, tetapi persatuan pengacara Mesir memprotes dan sepakat menuntut pemerintahnya supaya diadakan sidang pengadilan ulangan untuk mengetahui bagaimana jalannya pengadilan itu supaya diketahui oleh umum. Dan terhadap Kartosuwiryo yang divonis dalam sidang pengadilan tertutup, tak seorangpun pengacara Indonesia atau persatuan pengacara yang menuntut ulang bagaimana sidang pengadilan berlangsung. Namun demikian, ia tetap dipandang dan dicatat sejarah sebagai pemimpin yang istiqamah, konsekuen dan konsisten sampai akhir hayatnya.

Allah berfirman: "Janganlah kamu berkata tentang orang yang syahid di jalan Allah, bahwa mereka itu telah mati. Tidak! Mereka itu tetap hidup, meskipun kamu tidak menyadarinya". (Qs. Al Baqarah : 154).

Wabillahi Taufiq Wal Hidayah, wabillahi fi sabilil Haq.

Jaringan Aksi Misionaris Dunia

Bukan rahasia lagi jika masalah ini sangat diketahui banyak orang. Aksi misionaris dunia dengan dana dan jaringan aksi yang kuat layak dicermati dan diwaspadai. Masihkah kita berdiam diri?

Jerit tangis ketakutan tatkala ombak menggulung kawasan Aceh dan Sumatera Utara, menimbulkan duka yang begitu menyayat. Ratusan ribu jiwa lenyap ditelan keganasan gelombang tsunami yang menyapu kawasan tersebut. Ibu kehilangan anaknya, suami kehilangan isteri, anak kehilangan orang tua. Bantuan pun mengalir dari seluruh penjuru dunia, dengan harapan dapat meringankan penderitaan mereka. Namun ada di antara para dermawan tersebut, tersembunyi maksud jahat dari musuh musuh Islam dan kaum muslimin. Bencana itu dijadikan arena untuk menghancurkan kaum muslimin.

Di tengah duka nestapa anak-anak yang kehilangan orang tuanya, muncul lembaga semacam WorldHelp. Berkedok memberi pertolongan, ternyata malah melarikan 300 anak-anak generasi penerus kaum muslimin dari bumi Serambi Mekah, untuk dididik secara Kristen. Berita tersebut dilansir oleh Washington Post (13 Januari 2005). Lembaga misionaris yang berbasis di Virginia tersebut, mendapatkan sokongan dana dari kelompok Kristen Evangelis di seluruh dunia. Vernon Brewer Presiden WorldHelp menyatakan, pihaknya menyediakan dana sebesar 70 ribu dollar AS dan sedang mencari dana tambahan sebesar 350 dollar AS untuk membangun panti asuhan yatim piatu.

Fakta tersebut menguak motif sebenarnya dari bantuan yang diberikan oleh orang-orang kafir terhadap kaum muslimin. Bagi mereka tidak ada bantuan tanpa imbalan, sekaligus membuktikan kebenaran firman Allah Swt.: أ¢â‚¬إ“Dan sungguh tidak akan pernah ridho orang-orang Yahudi dan Nasrani hingga mereka menjadikan kamu mengikuti millah merekaأ¢â‚¬آ‌ (QS al-Baqarah [2]: 120)

Misi kristenisasi di dunia
Terkuaknya skandal WorldHelp sebenarnya hanya sebagian kecil dari sekian banyak aktivitas misi kristenisasi di dunia. Agak sulit melacak aktivitas mereka secara detail sebab misi mereka berkamuflase di balik lembaga-lembaga mantel.

Sekarang ini di dunia terdapat lebih dari 220 ribu missionaris (137.000 Katholik dan 82.000 Protestan). Kebanyakan mereka dikirim oleh lembaga Southern Baptist Conventon. Jaringan kerjasama antar lembaga seperti Christar dengan beberapa organisasi Arab. Kemudian ada Frontiers, lembaga terbesar yang dikelola Rick Love tersebut, mengkhususkan diri dalam kegiatan pemurtadan umat Muslim di seluruh dunia. Menyebarkan 800 misionaris ke-50 negara Muslim mulai dari Asia Pasifik hingga Afrika Selatan. Mereka menyamar dengan berprofesi sebagai guru, konsultan, akuntan, wartawan, aktivis LSM, juru rawat, pengusaha, dan designer.

Ada CBN WorldReach, Penginjilan Global dari Christian Broadcasting Network, dirancang untuk menyebarkan Injil kepada 3 juta orang melalui media massa dan pelayanan pribadi. Mereka mempunyai jaringan lebih dari 200 negara, seperti Operation Sunrise Africa dan CBN Indonesia.

Di antara yayasan-yayasan misionaris yang aktif di Indonesia adalah Nehemia Foundation yang sering disebut sebagai CCN. Misi kristenisasi juga berlindung di balik organisasi internasional seperti, WHO, FAO, UNESCO dan UNICEF. Dalam sensus tahun 1975 terdapat 8.504 missionaris sukarela Protestan. 5.393 orang missionaris sukarela Katolik.

Missi Kristen juga bercokol di 38 negara Afrika, jumlahnya mencapai ribuan, memiliki 119.000 missionaris laki-laki dan perempuan. Anggaran mereka sebesar 2 milyar dollar AS tiap tahun. Di Sudan misi kristenisasi berlindung di balik lembaga Direct Relief (DR), lembaga bantuan penyuplai alat-alat pengeboran air dan generatornya.

Organisasi-organisasi Kristen di Ghana bergabung membentuk Dewan Kristen Ghana pada tahun 1929, dengan perwakilan yang mencakup aliran Metodis, Anglikan, Mennonit, Presbiterian, Metodis Episkopal Zionis Afrika, Metodis Kristen, Lutherian Evangelis, Baptis dan masih banyak lagi. Organisasi itu mendasari gerakannya untuk mengembangkan agama Kristen.

Di Bangladesh gerakan misionaris mulai berjalan tahun 1793 di bawah naungan British Baptist Misionarries Society. Sampaiأ‚آ tahun 1980, ada 21 kelompok misionaris Protestan yang aktif di Bangladesh dan memiliki 270 pekerja asing. Saat ini grup misionaris terbesar bernama Association of Baptist for World Evangelization yang memiliki 40 orang pekerja misionaris asing. Disamping itu ada juga pusat pendidikan Holy Cross yang menyebarluaskan propaganda kebebasan perempuan.

Organisasi-oraganisasi tersebut mengadakan pertemuan seluruh dunia sekali setiap 6 atau 7 tahun, berpindah-pindah dari satu negeri ke negeri lain. Konferensi Colorado 15 Oktober 1978 tergolong konferensi paling berbahaya. Tema konferensi ialah أ¢â‚¬إ“Konferensi Amerika Selatan untuk Mengkristenkan Ummat Islamأ¢â‚¬آ‌. Pesertanya sekitar 50 orang mewakili organisasi-organisasi Kristen paling aktif di dunia. Hasilnya berupa satu strategi yang dirahasiakan karena dipandang sangat berbahaya. Antara lain diputuskan anggaran biaya sebesar satu miliar dolar AS untuk program kristenisasi. Dana sebesar itu benar-benar terkumpul dan didepositokan di salah satu bank terbesar di Amerika Serikat. Mengenai sumber dananya sulit diketahui, sebab hal tersebut juga sangat rahasia.

Hasil aksi yang dilakukannya
Tujuan gerakan mereka jelas ingin menghancurkan Islam. Gerakan misionaris sudah dimulai berabad-abad lalu setelah mereka gagal megalahkan Islam dengan kekuatan senjata. Didukung oleh kekuatan negara mereka mendirikan pusat-pusat misionaris di wilayah Khilafah Ustmani, seperti Malta, Lebanon dan Syiria. Puncaknya mereka mendirikan Universitas Amerika di Beirut, dan Universitas Saint Joseph tahun 1874.

Gerakan mereka selanjutnya diarahkan untuk menjadikan Ummat Islam meninggalkan ajaran Islam dan mulai beralih kepada ajaran Barat. Dengan memunculkan ide nasionalisme di kalangan kaum muslimin, meniupkan sentimen Arab dan Turki. Kemudian menyulut pertikaian antara sekte-sekte Kristen sendiri dengan tujuan untuk mengundang campur tangan negara Barat di wilayah Daulah Utsmani.

Kemudian melangkah ke tahap berikutnya, menyiapkan kondisi menuju terciptanya revolusi menentang Daulah Khilafah. Dengan bantuan misionaris tersebut, akhirnya Barat dengan mudah memecah belah Daulah Khilafah Ustmani menjadi lebih dari 50 negara nasional seperti yang kita lihat sekarang.

Sampai sekarang gerakan kristenisasi tersebut sulit untuk dihentikan. Apalagi dengan kondisi sistem demokrasi seperti sekarang. Mereka lebih leluasa lagi untuk bergerak dengan dalih demokrasi, kebebasan dan hak asasi manusia. Di Iran saja sejak TV satelit diizinkan sudah 50.000 muslim murtad.

Satu hal yang harus kita catat, bahwa orang-orang kafir tersebut telah berhasil melebihi dari gambaran banyaknya jumlah orang yang dimurtadkan. Sebab mereka telah berhasil menjadikan kaum muslimin meninggalkan Islam baik disadari atau tidak, seperti yang diucapkan Samuel Zwemer dalam Muأ¢â‚¬â„¢tamar Kristen di Quds tahun 1935 M: أ¢â‚¬إ“أ¢â‚¬آ¦ tetapi tugas missionaris Kristen di negara-negara Islam yang telah didukung oleh negara-negara Kristen bukanlah berupaya untuk mengkristenkan ummat Islam, sebab hal ini merupakan suatu petunjuk dan penghormatan bagi mereka. Tetapi tugas kalian yang terpenting ialah memurtadkan orang Islam dari agama mereka agar menjadi orang yang sama sekali tidak mempunyai hubungan dengan Allah. Kemudian tidak mempunyai hubungan dengan moral yang telah menjadi landasan hidup seluruh bangsa.أ¢â‚¬آ‌

Dengan kenyataaan sperti ini tidak mungkin menghentikan laju gerak mereka kecuali dengan kekuatan Daulah Khilafah, suatu sistem kenegaraan yang didasarkan pada akidah Islamiyah. Karena dengan sistem Khilafah celah-celah yang bisa digunakan untuk kristenisasi tertutup rapat. Dengan Khilafah sajalah akidah ummat terlindungi dari ide sesat yang menyesatkan. Itu sebabnya, perjuangan menegakkannya bersifat sangat amat segera dan memerlukan perhatian yang besar dari kita.. Waullahuأ¢â‚¬â„¢alam bishowab [D. Saputra]

Awas!,Ada Nabi Palsu!

Ketipu punya uang palsu? Atau tas bermerk tapi palsu? Atau jam tangan palsu? Pastinya nyesek banget dada kita kalo punya barang yang ternyata ketauan palsu. Udah mahal, eh taunya kagak orisinil. Apalagi kalo udah sempet kita bangga-banggain ama temen-temen, aduh mokal berat. Rasanya pengen deh ditelen bumi.

Tapi nggak ada yang lebih bikin ati kesel kalo ternyata ada nabi palsu. Yoi, jaman canggih kayak begini bukan cuma duit atau barang-barang branded yang bisa dipalsuin, tapi nabi juga bisa dibikin tiruannya. Contohnya adalah apa yang diyakini ama orang-orang di aliran al-Qiyadah al-Islamiyah. Mereka ngakunya udah punya nabi lagi setelah Muhammad saw. Malah mereka udah bersyahadat ulang dengan mengganti lafadz “wa asyhadu anna Muhammad ar rasulullah” menjadi “wa asyhadu anna al masih al maw’ud ar rasulullah”. Astaghfirullah al adzim wa na’udzubillahi min dzalik! Jadi aja jamaah al-Qiyadah al-Islamiyah ini diuber-uber kaum muslimin yang keki. Markasnya disatroni umat, dan ajarannya dihujat sebagai sesat. Iyalah, emang jelas-jelas sesat!

Balada nabi palsu

Adalah seorang lelaki paruh baya bernama Ahmad Mushaddeq yang mengaku mendapat wahyu setelah bertapa di padepokannya di sebuah kawasan di Bogor. Setelah itu ia memproklamirkan diri sebagai nabi berikutnya setelah Rasulullah saw. dengan sebutan al masih al maw’ud. Ternyata, nggak sedikit orang yang percaya pada omongan mantan pelatih bulutangkis nasional ini. Dari pemberitaan sedikitnya 50 ribu orang pengikutnya tersebar di sejumlah kota di tanah air. Kebanyakan anak-anak muda, pelajar dan mahasiswa.

Beruntung, tak lama kemudian sejumlah ormas Islam termasuk MUI bergerak. Pemimpinnya dilaporkan ke kepolisian, pengikutnya ajak bertobat, dan ajarannya dinyatakan sesat. Terakhir sang nabi palsu ini pun menyerahkan diri ke pihak yang berwajib.

Sebetulnya bermunculannya orang-orang yang mengaku sebagai nabi palsu sudah ada sejak dahulu kala. Di jaman Nabi saw. masih hidup saja sudah ada orang yang berani mengaku-ngaku sebagai nabi. Yakni Aswad al-’Ansiy dan Musailamah al-Kadzdzab.

Aswad al-’Ansiy sebenarnya adalah Abhalah bin Ka’ab al-’Ansiy. Dia adalah kepala Bani Madzhij di daerah Yaman. Dia seorang tukang tenung (santet), tukang sihir, dan seorang yang kaya raya di Shan’a. Dia sangat berpengaruh di kalangan kaumnya dan banyak yang terpikat kepadanya karena kelebihannya. Banyak orang yang kagum kepadanya karena menyaksikan sihirnya yang menakjubkan. Pada akhir tahun ke-10 Hijriyah, Aswad telah memproklamirkan diri sebagai nabi yang ditunjuk oleh Allah. Menurut pengakuannya dia didampingi oleh dua malaikat yang memberitahukan kepadanya apa saja yang telah dan akan terjadi. Kedua malaikat itu bernama Suhaiq dan Syuqaiq. Sebenarnyalah kedua makhluk yang mendampingi Aswad adalah setan yang biasa mendampingi tukang sihir dan tukang tenung.

Kejahatan Aswad al-’Ansiy akhirnya dapat dihancurkan oleh kaum muslimin. Ia sendiri mati di tangan Fairuz ad-Daylamiy dengan cara dipenggal lehernya dalam keadaan mabuk.

Sedangkan Musailamah adalah Harun bin Habib al-Hanafiy. Dia adalah kepala suku Yamamah. Pada tahun ke-10 Hijriyah, dia bersama rombongannya sebagai utusan dari Bani Hanifah datang menghadap Nabi saw. di Madinah dan memeluk Islam. Namun sekembalinya dari Madinah dia berbalik menjadi kafir, murtad. Dia mendakwakan diri sebagai nabi.

Ternyata, selain punya motif keagamaan, Musailamah juga ingin kekuasaan. Lewat dua orang utusannya ia mengirim surat kepada Nabi saw. Isi suratnya sebagai berikut, “Dari Musailamah utusan Allah kepada Muhammad utusan Allah. Kesejahteraan semoga dilimpahkan atasmu. Aku telah bersekutu dalam urusan kenabian ini denganmu dan bagi kami separuh tanah dan bagi Quraisy separuh tanah, tetapi kaum Quraisy adalah kaum yang melampaui batas.”

Kejahatan Musailamah baru terhenti di masa kekhilafahan Abu Bakar ash-Shiddiq. Untuk mengatasi kekuatan pasukan Musailamah, Khalifah Abu Bakar ash-Shiddiq mengirim pasukan di bawah pimpinan Khalid bin Walid ra. melalui peperangan yang dahsyat akhirnya kekuatan Musailamah dapat dimusnahkan. Ia sendiri mati ditombak oleh Wahsyi hingga tembus ke tubuh bagian belakangnya.

Tapi ternyata kemunculan nabi-nabi palsu tidak berhenti sampai di situ. Salah satu nabi palsu yang paling â€کngetop’ adalah Mirza Ghulam Ahmad. Dengan bantuan pemerintah kolonial Inggris, Mirza Ghulam Ahmad mendirikan ajaran Ahmadiyah Qadiyani. Dia sendiri menyatakan sebagai nabi setelah Rasulullah saw. Dia pun memperkenalkan kitab suci selain al-Quran, yakni kitab Tadzkirah. Karena dibantu oleh negara imperialis Inggris maka Ahmadiyah sampai sekarang masih bertahan. Bahkan pusat pergerakan agama itu berada di London.

Bahaya, Lho!

Munculnya nabi-nabi palsu itu jelas nggak diakui oleh agama Islam. Sejak kedatangan Rasulullah saw., umat manusia diingatkan bahwa nggak bakal ada lagi utusan Allah sepeninggal Beliau. Dalam al-Quran, Allah Swt. berfirman (yang artinya): “Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS al-Ahzab [33]: 40)

Selain itu, Nabi Muhammad saw. juga sudah berwasiat lho kepada kita semua bahwa emang nggak ada lagi nabi sepeninggal beliau. Sabdanya: “Dulu Bani Israil yang mengurus mereka adalah para nabi, jika salah seorang nabi wafat maka nabi yang lain menggantikannya. Tetapi sesungguhnya tak ada nabi setelahku, dan akan ada para khalifah dan jumlah mereka banyak.” Para sahabat bertanya, “Maka apa yang engkau perintahkah pada kami?” Jawab Rasulullah saw. “Penuhilah bai’at yang pertama dan pertama, dan berilah pada mereka hak mereka, sesungguhnya Allah akan menanyai mereka atas apa yang mereka urus.” (HR Muslim)

Nabi saw. juga pernah berkata kepada Ali bin Abi Thalib karamallahu wajhah, “Wahai Ali tidakkah engkau ridlo kedudukanmu di sisiku seperti Harun as. bagi Musa as.? Akan tetapi bahwasanya tak ada lagi nabi sepeninggalku.” (HR. Bukhari)

So, guys, semoga semuanya jelas bahwa Rasulullah saw. emang nabi terakhir. Nggak ada lagi nabi berikutnya. Pengakuan mereka yang menyatakan diri sebagai nabi lagi bertentangan ama al-Quran dan as-Sunnah. Palsu banget dan nggak kreatif. Pelakunya jelas berdosa besar dan pasti udah keluar dari agama Islam (baca: murtad). Karena keimanan pada Allah juga harus dibarengi dengan iman pada kenabian Muhammad saw. sebagai penutup para nabi dan rasul. Nah, catet baik-baik deh ini. Ok?

Maka pelakunya kudu bertobat sebelum mereka mati. Apalagi kalo kemudian mereka menyebarkan ajarannya pada banyak orang, wah nggak kebayang sebanyak apa dosanya karena mengajarkan kesesatan pada orang lain. Rasulullah saw. bersabda: “…Dan siapa saja yang mencontohkan perbuatan yang buruk kemudian ia berbuat dengannya, maka ia mendapat balasannya dan balasan orang yang mengikutinya tanpa mengurangi balasan mereka sedikitpun,” (HR. Ibnu Majah)